Informasi Potensi Wisata Desa Soko
Kecamatan Temayang Kabupaten Bojonegoro

Jelajahi keindahan alam, sejarah, dan budaya Desa Soko yang tersembunyi di pegunungan Kendeng

Mulai Jelajah

Sejarah Desa Soko Temayang

Warisan Sejarah yang Kaya

Desa Soko yang terletak di Kecamatan Temayang memiliki latar sejarah dan kebudayaan yang menarik. Secara geologis, wilayah ini dulunya merupakan bagian dari lautan purba jutaan tahun silam. Hal ini dibuktikan dari banyaknya temuan fosil laut seperti moluska, karang, dan bahkan bebatuan menyerupai lumpang yang digunakan warga sebagai hiasan atau penanda batas tanah. Temuan-temuan ini mengindikasikan bahwa daerah Soko telah dihuni sejak masa kuno, bahkan mungkin sejak zaman Kerajaan Majapahit.

Selain itu, di kawasan hutan pegunungan Kendeng yang mengelilingi desa, terdapat bekas bangunan tua peninggalan masa kolonial Belanda. Keberadaan bangunan ini menjadi saksi bisu bahwa Desa Soko pernah menjadi bagian dari wilayah strategis pada masa lampau. Di dekat balai desa juga terdapat makam yang diyakini sebagai makam Dampo Awang. Makam ini menambah kekayaan nilai historis dan spiritual desa.

Secara geografis, Desa Soko berada di kawasan perbukitan pegunungan Kendeng dan berbatasan langsung dengan Kabupaten Nganjuk. Akses menuju desa ini cukup sulit karena berada di tengah hutan dengan jalan berbatu dan medan curam. Desa ini terdiri dari enam dusun, yaitu Dusun Soko, Guyangan, Sumberpoh, Sekonang, Glingsem, dan Sekidang. Infrastruktur yang terbatas dan kondisi medan yang menantang menyebabkan rendahnya akses pendidikan dan fasilitas umum. Sebagian besar penduduk hanya mengenyam pendidikan hingga jenjang SD atau SMP.

Dengan kekayaan sejarah, budaya, dan perhatian pembangunan yang terus berkembang, Desa Soko menjadi contoh desa pedalaman yang tetap mempertahankan identitas tradisionalnya sambil perlahan bergerak menuju kemajuan

Berdiri sejak era Majapahit
6 Dusun Bersejarah

Destinasi Wisata Unggulan

Pesona Wisata Alam dan Budaya

Desa Soko Temayang menawarkan berbagai destinasi wisata yang memukau, mulai dari keindahan alam pegunungan hingga kekayaan budaya tradisional yang masih terjaga. Setiap lokasi memiliki keunikan dan daya tarik tersendiri yang siap memanjakan mata dan jiwa para pengunjung.

Goa Soko - Destinasi Wisata Utama
Sumber Mata Air Ubalan

Sumber Mata Air Ubalan adalah salah satu permata alam yang memadukan keindahan panorama, nilai sejarah, dan kekayaan budaya lokal. Terletak di Desa Soko, Kecamatan Temayang, Bojonegoro, sumber air ini tidak hanya menjadi penopang kehidupan warga, tetapi juga menjadi simbol hubungan harmonis antara manusia dan alam. Lingkungan di sekitarnya yang masih asri, udara segar, serta gemericik air yang mengalir jernih, menjadikan tempat ini cocok sebagai destinasi untuk melepas penat dari hiruk-pikuk kehidupan kota.

Kejernihan air Ubalan sudah dikenal sejak lama, bahkan pada masa kolonial Belanda, sumber ini menjadi andalan untuk memenuhi kebutuhan air masyarakat dan perkebunan di sekitarnya. Jejak sejarah itu masih hidup melalui cerita turun-temurun warga, yang menambah kesan magis dan nilai historis bagi para pengunjung. Dengan berjalan di sekitarnya, Anda dapat merasakan seolah sedang menapaki jejak masa lampau yang berpadu dengan kesejukan alam masa kini.

Bukan hanya sejarahnya yang memikat, Sumber Mata Air Ubalan juga lekat dengan tradisi budaya Jawa yang masih lestari. Setiap bulan Suro, masyarakat setempat menggelar upacara adat Suroan di sini, memanjatkan doa dan rasa syukur kepada Sang Pencipta. Tradisi ini menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang ingin merasakan pengalaman wisata budaya yang autentik. Berbagai mitos lokal yang berkembang, seperti keyakinan bahwa airnya membawa ketenangan batin dan keberkahan, semakin memperkaya cerita yang melekat pada tempat ini.

Selain sebagai tempat ritual dan sumber kehidupan, kawasan Ubalan juga menawarkan pesona wisata alam yang memanjakan mata. Rindangnya pepohonan, suara kicau burung, dan hembusan angin yang menyejukkan menciptakan atmosfer damai yang sulit ditemukan di tempat lain. Tidak jarang, pengunjung datang untuk sekadar duduk di tepi sumber air, merendam kaki, atau mengabadikan momen di tengah pemandangan alami yang memesona.

Dengan pengembangan fasilitas yang tepat, Sumber Mata Air Ubalan memiliki potensi besar untuk menjadi ikon wisata alam dan budaya di Bojonegoro. Tempat ini bukan hanya menawarkan keindahan fisik, tetapi juga memberikan pengalaman mendalam tentang bagaimana alam, sejarah, dan budaya dapat berpadu menjadi satu kesatuan yang harmonis. Ubalan adalah destinasi yang tidak hanya memanjakan mata, tetapi juga menyentuh hati.

1 jam perjalanan dari kota Bojonegoro
Goa Gondel

Goa Gondel, yang tersembunyi di Desa Soko, Kecamatan Temayang, Kabupaten Bojonegoro, adalah permata alam yang memikat bagi para pencinta petualangan dan keindahan alam. Goa alami ini terjaga keasriannya, menyimpan pesona batu-batu stalaktit dan stalagmit yang terbentuk selama ribuan tahun. Memasuki mulut goa, pengunjung akan disambut dengan udara sejuk, aroma tanah yang khas, dan cahaya temaram yang memantul di dinding batu, menciptakan suasana misterius yang memikat.

Setiap langkah di dalam Goa Gondel seperti membawa Anda ke dunia lain — deretan formasi batu unik yang menggantung di langit-langit, tetesan air yang jatuh perlahan, dan suara gema yang mengiringi setiap gerakan membuat suasana semakin magis. Keindahan ini berpadu dengan nuansa alami yang begitu hening, menjadikannya tempat sempurna untuk merenung, meditasi, atau sekadar menikmati ketenangan jauh dari keramaian kota.

Bagi masyarakat setempat, Goa Gondel bukan sekadar keajaiban alam, tetapi juga tempat sakral yang menyimpan nilai spiritual. Konon, beberapa orang datang ke sini untuk mencari ketenangan batin atau berdoa, percaya bahwa energi positif yang mengalir dari goa dapat membawa keberkahan. Mitos dan cerita rakyat yang mengelilinginya semakin menambah daya tarik bagi para wisatawan yang menyukai wisata budaya dan spiritual.

Akses menuju Goa Gondel terbilang mudah. Perjalanan menuju lokasi akan disuguhi pemandangan perbukitan Kendeng yang memukau, hamparan persawahan hijau, dan udara segar pedesaan. Baik menggunakan kendaraan pribadi maupun transportasi lokal, perjalanan ke sini akan menjadi pengalaman yang menyenangkan bahkan sebelum sampai di tujuan.

Goa Gondel adalah surga tersembunyi yang layak masuk dalam daftar destinasi wajib di Bojonegoro. Pesona alam yang menakjubkan, atmosfer yang damai, serta sentuhan kisah mistis membuat setiap kunjungan meninggalkan kesan yang membekas. Bagi para penjelajah, fotografer alam, atau siapa pun yang mencari ketenangan, Goa Gondel siap menyambut dengan segala keindahannya. Datanglah, jelajahi, dan rasakan sendiri sensasi petualangan yang hanya bisa ditemukan di kedalaman Goa Gondel.

1 jam 10 menit perjalanan dari kota Bojonegoro
Fosil Dan Batu-Batuan

Batu besar berwarna gelap yang tersusun rapi di lokasi Balai Desa Soko merupakan bagian penting dari situs sejarah dan budaya setempat. Berdasarkan pengamatan, batu-batu ini kemungkinan berasal dari batu andesit atau batu basal, dua jenis batuan beku vulkanik yang umum ditemukan di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa. Warna gelap dan tekstur kasarnya menunjukkan bahwa batu tersebut adalah batuan beku ekstrusif yang terbentuk dari lava yang mendingin cepat di permukaan bumi. Bentuknya bervariasi, mulai dari bulat dengan lekukan hingga bentuk tidak beraturan, dengan ukuran sebesar ember hingga ember besar. Tanda-tanda pelapukan yang terlihat menandakan bahwa batu-batu ini telah berusia tua dan lama terpapar cuaca.

Secara historis, batu-batu ini diduga berfungsi sebagai komponen arkeologis kuno. Beberapa di antaranya memiliki lekukan membulat atau cekungan di bagian tengah yang menyerupai batu lesung untuk menumbuk padi atau batu umpak yang digunakan sebagai penopang tiang bangunan tradisional seperti rumah adat dan keraton. Penemuan di kawasan Hutan Desa Soko juga menunjukkan adanya batu yang menyerupai fosil bulu babi laut purba (Echinoidea). Fosil ini menampilkan pola khas pada permukaannya akibat lepasnya duri-duri yang dulu menempel, menandakan proses fosilisasi yang berlangsung antara 20 hingga 100 juta tahun lalu. Temuan ini menjadi bukti bahwa wilayah tersebut dulunya merupakan bagian dari laut purba, sekaligus berpotensi menjadi sarana edukasi tentang sejarah geologi Desa Soko.

Selain itu, ditemukan pula batu yang memiliki ciri khas fosil kerang raksasa atau fosil bivalvia, kemungkinan dari genus Tridacna. Fosil ini berbentuk simetris dengan alur khas lipatan cangkang kerang, berwarna cokelat keabu-abuan, dan memiliki permukaan kasar akibat erosi. Berat dan padatnya batu ini menunjukkan bahwa proses permineralan telah terjadi dalam kurun waktu jutaan tahun, mengubah cangkang kerang menjadi batuan sedimen yang terfosilkan. Seluruh penemuan ini tidak hanya memperkaya sejarah alam dan budaya Desa Soko, tetapi juga menjadi saksi bisu perjalanan panjang bumi dari masa laut purba hingga peradaban manusia modern di wilayah tersebut.

1 jam 10 menit perjalanan dari kota Bojonegoro
Mbah Sukijah

Mbah Sukijah adalah sosok dalang perempuan yang melegenda di Desa Soko, Kecamatan Temayang, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. Di tengah dunia pedalangan yang umumnya didominasi laki-laki, beliau hadir dengan kharisma, kepiawaian, dan pesan moral yang begitu kuat dalam setiap pertunjukannya. Dengan suara lantang penuh wibawa, Mbah Sukijah membawakan kisah wayang kulit yang sarat dengan ajaran kehidupan, nilai spiritual, dan petuah bijak.

Keistimewaan Mbah Sukijah tak hanya terletak pada kemampuannya membawakan cerita, tetapi juga pada gaya pementasannya yang unik. Tidak seperti dalang pada umumnya, beliau tidak menggunakan iringan gamelan, melainkan mengandalkan suara, lantunan doa, dan kekuatan batin sebagai bagian dari tirakatnya. Suara beliau yang khas dan penuh penghayatan membuat setiap penonton merasa hanyut dalam alur cerita, seolah berada langsung di tengah dunia pewayangan yang penuh warna.

Pertunjukan Mbah Sukijah sering menjadi pusat perhatian di berbagai acara adat, seperti ruwatan, pernikahan, khitanan, dan peringatan tradisi desa. Bagi masyarakat, pementasan beliau bukan sekadar hiburan, tetapi sebuah nasihat kehidupan yang dibungkus dalam cerita Mahabharata atau Ramayana. Banyak orang mengaku pulang dari pertunjukan beliau dengan hati yang lebih tenang, pikiran yang tercerahkan, dan semangat baru untuk menjalani hidup.

Meski dikenal luas hingga ke luar daerah, Mbah Sukijah tetap memilih hidup sederhana di rumah kayu di pinggir desa, dikelilingi sawah dan kebun yang menyejukkan. Dari rumah itulah, beliau mengajar anak-anak desa yang ingin belajar seni wayang kulit, membagikan ilmunya tanpa pamrih. Bagi beliau, menjaga kelestarian budaya lebih penting daripada popularitas atau materi.

Kehadiran Mbah Sukijah di Desa Soko menjadi simbol keteguhan hati dalam mempertahankan budaya lokal. Beliau mengajarkan bahwa tradisi tidak boleh terkikis oleh zaman, melainkan harus terus diwariskan. Banyak generasi muda yang termotivasi oleh dedikasi beliau, belajar bahwa seni bukan hanya soal estetika, tetapi juga sebuah media untuk menyampaikan pesan moral dan mempererat hubungan antarwarga.

Dedikasi Mbah Sukijah dalam melestarikan seni wayang kulit membuat namanya dikenal sebagai salah satu ikon budaya di Bojonegoro. Dengan keahliannya, beliau membuktikan bahwa seni tradisional mampu bertahan dan relevan di era modern, bahkan menjadi daya tarik wisata budaya yang bernilai tinggi.

Mbah Sukijah bukan hanya dalang, melainkan guru, pembimbing, dan penjaga warisan leluhur. Melalui setiap pertunjukannya, beliau menghidupkan kembali nilai-nilai luhur bangsa, mengajak masyarakat untuk tidak melupakan akar budaya, dan memberikan teladan tentang baga imana seni dapat menjadi sarana untuk menyatukan hati dan pikiran. Dengan segala keunikan dan pesonanya, Mbah Sukijah akan selalu dikenang sebagai sosok yang menginspirasi banyak orang, baik di dalam maupun di luar Desa Soko.

1 jam 5 menit perjalanan dari kota Bojonegoro